Diberdayakan oleh Blogger.

Profil Penulis

Foto saya
adalah seorang pelajar MAN Yogyakarta I. Ia pernah meraih Juara II Lompa Penulisan artikel yang diadakan oleh KM Al-Huda UNY. Sekarang Ia aktif di MPS MAN Yogyakarta I sebagai Bendahara II. Satu harapan yang ingin dia capai: Dapat membahagiakan kedua orang tuanya.
RSS

Jalan-jalan euy!

   Kemarin (31/03) kami-aku dan keluargaku-menghabiskan waktu bersama. Hari yang menyenangkan!. Awalnya, kami berencana ingin menjemput sang adik yang mondok di PP Al Hikmah, Wonosari. Namun, tanpa pernah diduga sebelumnya, sebelum kami berangkat, dia sudah berada di depan pintu rumah. Alhasil, kami pun mengambil plan B yaitu: Jalan-jalan!. Mulai dari mencari salak pondoh, sampai ke Alkid. Ini beberapa jepretan yang berhasil kami lakukan. Check it out!








I'm really Happy. Thank's God to give me a Family like them.. Luv U All :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PENGARUH MEDIA ONLINE TERHADAP PERAN JURNALIS INDEPENDEN


oleh Annisa Risky  

 Jurnalistik merupakan kegiatan pelaporan, penyampaian, penyiapan, penyuntingan, penulisan dan peliputan berita kepada khalayak pada suatu media tertentu. Di Indonesia, istilah jurnalistik dulunya dikenal dengan sebutan publisistik atau publikasi secara cetak kemudian berkembang ke media elektronik.  Dewasa ini media berkembang dengan pesat tidak hanya sebatas media cetak dan elektronik, kini perkembangannya telah mencapai media tersambung (online) yang kini menimbulkan pandangan skeptis dan optimis bagi para mainstream media.
   Dengan berkembangnya media jurnalis, tugas jurnalis profesional-termasuk didalamnya jurnalis independen-secara tidak langsung telah diambil alih oleh para jurnalis warga (citizen journalist.red). Tak ayal, banyak media konvensional yang membuat berita versi online.
   Kegiatan jurnalistik dulunya, meskipun berita ditulis dalam batas waktu terakhir, tetapi biasanya disunting sebelum diterbitkan atau disiarkan sesuai kode etik jurnalis. Namun dengan adanya media online, berita tidak lagi menjadi sesuatu hal yang harus ditulis secara profesional karena seluruh warga dapat mengakses berita tanpa filter dan pemahaman terhadap kode etik jurnalis. Hal ini berdampak pada media konvensional yang kini kurang diminati dilihat dari segi waktu, cara pemerolehannya, hingga biaya yang dikeluarkan membuat rating media konvensional menurun drastis.
   Pada era globalisasi ini, peran para jurnalis independen tertantang untuk tetap eksis dalam hal pemberian informasi dan pembuatan strategi dalam mempertahankan audience mereka tanpa melupakan pemahaman terhadap kode etik jurnalis sehingga tidak menghilangkan jati diri mereka.

Perkembangan Jurnalistik di Indonesia
   Pada awalnya, jurnalistik merupakan hal yang belum dilirik masyarakat Indonesia. Indonesia menyebarkan informasi dari mulut ke mulut. Pada zaman penjajahan Belanda, penyebaran informasi mulai berkembang dengan menggunakan media konvensional. Kegiatan jurnalistik mulai digalakkan, bahkan pejuang Indonesia menggunakan media sebagai alat untuk memperjuangkan Indonesia. Di era inilah koran-koran seperti Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode dan Medan Prijaji terbit.
   Seiring berjalannya waktu, T. Alfa Edison menemukan alat penghantar gelombang suara. Alat tersebut dikembangkan sehingga lahirlah radio. Radio pada masa dahulu merupakan sarana yang efektif dalam penyampaian berita, karena gelombang radio jangkauannya sangat luas. Pers kemudian berkembang melalui dunia maya atau internet. Saat ini semua media konvensional di Indonesia sedang berlomba membuat versi online seiring berkembangnya jumlah pemakai internet di Indonesia, dimana saat ini sudah mencapai 25% dari total penduduk Indonesia (Tempo, edisi 5 April 2009).
   Dengan munculnya media internet, media-media yang terdahulu seperti televisi, radio, dan media cetak kini mendapat julukan baru yaitu media tradisional. Di era globalisasi ini, fasilitas jurnalis dalam menyebarkan informasi bertambah satu yaitu media online. Dengan adanya media online, masyarakat mampu memberikan informasi tanpa batasan ruang dan waktu. Karakteristik mendasar yang berbeda antara media tradisional dan media online ini menimbulkan berbagai tantangan yang dihadapi para jurnalistik di Indonesia.
   Meski di Indonesia belum ada indikasi runtuhnya media cetak, namun tidak menutup kemungkinan hal itu juga akan terjadi di Indonesia. Selain dari munculnya situs media online milik mainstream dan situs online murni, indikasi pergeseran penggunaan media konvensional ke media online di Indonesia juga bisa dilihat dari perkembangan penguna internet yang mencapai 25 % dari total penduduk Indonesia. Selain itu, perkembangan mobile phone dan wifi  saat ini juga sudah mempermudah masyarakat mengakses internet.

Perbedaan Karakteristik Media Online dan Konvensional
   Berkembangnya online media membuat pembaca lebih aktif berperan dalam hal berita. Dengan bergesernya peran pembaca ini (citizen journalist.red) membuat posisi jurnalis profesional hampir sejajar dengan pembaca. Selain itu, karakteristik online media ialah timbal balik yang memungkinkan adanya partisipasi pembaca secara langsung. Dengan cara ini online journalism bisa menjalankan fungsi two way communication dan interpersonal communication antara media dan user (Jim Hall, 2001).
Media online yang bersifat bebas, tanpa batasan bebas sekat sosial, bebas interfensi dan, tentu saja, bebas jarak ruang dan waktu sehingga tidak heran jika pada media online mendorong terjadinya manipulasi dalam menyampaikan informasi. Karena tidak adanya batasan ini sehingga sifat media online ini merujuk pada anonimitas pembuat informasi pada dunia maya. Di satu sisi kondisi ini mewujud pada berbagai hal negatif, seperti black campaign baik terhadap personal maupun institusi. Berapa banyak informasi yang tidak seharusnya ter-ekspose dan melanggar hak asasi seseorang atau suatu perusahaan beredar di dunia maya. Umumnya, pihak-pihak yang dirugikan tersebut tidak berdaya-tidak dapat menuntut siapa yang melakukan-karena sifat anonim tersebut.
  Salah satu karekteristik penting yang membuat para audience dari media online ini lebih digemari  ialah adanya fasilitas menampilkan informasi baik itu melalui teks, video, dan audio secara bersamaan (multimedia capability) yang tidak dimiliki media konvensional. Beberapa media yang menyediakan fasilitas audio video adalah www.liputan6.com, www.bbcindonesia.com, dan www.tvone.com
   Kondisi ini secara langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh pada perkembangan media terutama pada media konvensional. Berhentinya edisi cetak sebuah penerbitan sudah mulai terdengar di negara Amerika dan Eropa, tempat dimana kemampuan dan kemauan masyarakatnya untuk mengakses internet sangat tinggi. Di wilayah ini, penerbitan media cetak sudah mulai memutuskan untuk beralih ke edisi online. Media cetak besar di AS diantaranya Chicago tribune, Philadelphia Inquirer dan Post-intelligencer memutuskan untuk menerbitkan versi onlinenya saja. Hal ini disebabkan karena 40 persen warga AS sudah menggunakan media online untuk mengakses berita (Tempo, edisi 5 April 2009).

Peran Jurnalis Independen
   Seorang jurnalis dituntut mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab baik dalam mendidik audience maupun melihat dan memberikan informasi tentang kenyataan-kenyataan yang terjadi, karena segala bentuk informasi akan sampai kepada masyarakat dan diharapkan mampu mempengaruhi semuanya, tentu saja untuk mendapatkan feedback dimana dengan respon tersebut mampu membangun masyarakat yang cerdas dan peduli terhadap kondisi bangsa.
 Jurnalis memiliki peran penting bagi masyarakat dan pemerintah. Seorang jurnalis harus mampu membedakan diri mereka sebagai jurnalis dan sebagai manusia biasa. Sehingga mereka bisa memilah-milah informasi apa saja  yang layak dan tidak layak disajikan. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan perannya, jurnalis harus menghormati hak asasi setiap orang. Oleh karena itu, sesuai dengan keberadaan dan kemerdekaan para jurnalis seharusnya mampu memenuhi hak publik dalam memuat informasi yang baik dan benar. Untuk itu, pers dituntut harus profesional dan terbuka dengan acuan Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) serta menegakkan integritas.
  Jurnalistik mempunyai ciri-ciri yang penting untuk diperhatikan  dalam memuat informasi (Luwi Ishwara, 2005). Pertama ialah Skeptis. Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. Dilihat dari ciri yang pertama, jurnalis haruslah terjun ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif
   Kedua ialah action. Seorang jurnalis tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi ia akan mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang jurnalis.
    Ketiga ialah perubahan. Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media bukan lagi sebagai penyalur informasi, tapi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi.
     Keempat ialah memiliki sifat seni dan profesi. Seorang jurnalis melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik dan yang terakhir ialah jurnalis sebagai pelapor dimana bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu, pers juga harus berperan sebagai interpreter, wakil publik, peran jaga, dan pembuat kebijaksanaan serta advokasi.
   Dari kelima ciri-ciri diatas, dapat diketahui bahwa wartawan profesionallah yang melakukan tugas jurnalistik karena sudah dibekali dengan kemampuan peliputan yang mumpuni dan dibimbing dengan kode etik jurnalistik. Hal ini bertentangan dengan media online yang tanpa acuan dan kode etik dimana cenderung bersifat anonim. Jangan salahkan siapa dalam hal ini. Tidak ada yang harus disalahkan. Namun yang harus disadari dan cermati, ialah bagaimana peran para jurnalis independen menangani tantangan di era globalisasi ini.
   Memang tidak mudah memikirkan pemecahan tantangan di era globalisasi ini karena bersifat anonim dengan akses yang cepat, tanpa batas, dan tentu saja, menjadikannya lebih rumit. Bukannya para jurnalis tidak memiliki peran dalam hal ini. Justru peran para jurnalis independen sangat dibutuhkan dalam menangani hal ini. Ada beberapa penyelesaian konkrit yang diungkapkan para jurnalis independen, yaitu membentuk kelompok Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) dimana organisasi ini merupakan organisasi non-Pemerintahan dan Independen yang menghimpun seluruh Pewarta Warga Indonesia lintas profesi tanpa pengendalian apapun. PPWI meliputi seluruh wilayah NKRI dan dunia. Berpusat dan berkedudukan di Ibukota Republik Indonesia, Jakarta. Dalam menegakkan harkat maupun mutu dari karya para Pewarta Warga, maka PPWI menetapkan Kode Etik Pewarta Warga yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh anggota PPWI. Pengawasan maupun penetapan sanksi terhadap pelanggaran Pewarta Warga Kode Etik ini adalah tangung hak sepenuhnya dari organisasi PPWI.
   Masukan yang bersifat mendidik dimana pemberdayaan terhadap citizen journalism memang diperlukan dalam mengembangkan dan mempertajam penulisan, keberanian, dan tekad yang diperlukan dalam kegiatan jurnalistik. Namun, tidak semua warga dapat bergabung dalam kelompok jurnalis. Dalam hal ini, jurnalis independen tidak hanya sebatas tertantang memberikan pembelajaran. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan para jurnalis independen tanpa menghilangkan peran jurnalistik wartawan itu sendiri. Pertama, mengintegrasikan isi informasi yang dibuat para jurnalis profesional dengan informasi-informasi yang dibuat oleh warga. Menggabungkan informasi fakta yang didapat dengan informasi yang dibuat oleh warga di situs pribadinya. Konsep ini menjelaskan adanya hubungan baik antara citizen media dengan maisntream media. Proses ini terjadi saat blogger (situs pribadi jurnalis warga) mendiskusikan dan mengembangkan berita yang diproduksi oleh maistream media, dimana didalamnya terdapat aktifitas citizen journalism, grass-roots reporting, laporan saksi mata, komentar, analisis, aktifitas watchdog, pengecekan fakta, termasuk menjalankan peran sebagai sumber berita dan pemberi ide berita (Nieman Report, 2005). Kedua, menjadikan audience mereka sebagai kontributor. Berbagai perubahan konsep media profesional akibat adanya the new media dalam hal ini citizen media perlu dicermati jurnalis di Indonesia. Dengan cara ini para jurnalis warga akan terlatih dalam memberikan informasi sesuai kode etik jurnalis yang berlaku.
   Tantangan terbesar jurnalis di era globalisasi identik dengan persaingan media konvensional dengan online media. Pihak yang merasakan dampak cukup besar dengan kehadiran media online adalah jurnalisme yang tentunya telah memiliki wadah baru dalam memberikan informasi. Media tradisional yang pada kelahirannya tidak menggunakan internet dalam memberikan informasi kepada masyarakat kini mau tidak mau harus mengikuti alur media online jika tidak ingin ditinggalkan oleh audience-nya.
    Peran jurnalis di era globalisasi ini yaitu bagaimana para jurnalis profesional untuk tetap peduli dan mampu memberikan pelatihan, pendidikan serta pengarahan kepada citizen journalism agar terbentuk pola pikir jurnalis sesuai kode etik jurnalis yang berlaku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

My First Blog

Hai temans!
Ini blog pertama saya, yang untuk selanjutnya akan saya gunakan sebagai tempat berbagi. Semoga bermanfaat! ^^ 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS